Kemarin waktu saya donor darah yang ke
delapan (29/11/2014), yang kebetulan ditangani langsung oleh ibu dokter Ira
Widyastuti yaitu kepala UPTD PMI Kediri, kita cerita-cerita biar saya lebih
rileks saat donor darah. Agak miris juga waktu aku cerita ada temenku yang gak
mau donor darah gara-gara menurutnya PMI itu menjual darahnya yang udah dia
sumbangkan secara sukarela. Dan dia inginnya ada semacam komunitas yang standby
donor seperti di luar negeri.
Dokter Ira pun menjelaskan bahwa sebenarnya
biaya yg dikeluarkan oleh orang yg beli darah itu adalah biaya pengganti dari
mulai:
·
Kantong darah
yg MASIH IMPOR yg harganya +/- 45rb/kantong (kalo gk salah).
·
Terus tes untuk
pendonor awal yaitu tes HB yang harganya juga cukup mahal, lha alatnya untuk
tes HB aja harganya puluhan juta selain itu alat tersebut juga membutuhkan
perawatan dsb.
· Kemudian tes yang
dilakukan untuk menguji bahwa darah pendonor tersebut steril dan bebas dari
virus dan penyakit-penyakit yang menular, mulai dari tes hepatitis, sifilis, HIV/AIDS,
dsb yang BIAYA PER TEST PENYAKIT tersebut bervariasi mulai dari 55 rb sampai ratusan
ribu rupiah.
·
Proses pemisahan darah
menjadi komponen kompenen yang di butuhkan oleh penerima donor, darah yang
diterima PMI tidak langsung diberikan kepada penerima donor, namun dipisahkan
juga menjadi beberapa komponen seperti trombosit, sel darah putih sel darah
merah dsb. Dan khusus untuk trombosit yg
dibutuhkan adalah pendonor segar.
· Biaya uji silang serasi
yaitu pencocokkan golongan darah dari pendonor dan penerima donor. Untuk memastikan
bahwa darah nanti akan cocok dengan penerima donor.
· Biaya operasional yang
harus dikeluarkan oleh PMI, meliputi penyimpanan darah, perawatan, pemeliharaan
alat-alat, souvenir habis donor darah, terus biaya bis donor dll.
Menurut
dr. Ira, biaya yang dikeluarkan PMI untuk 1 kantong darah berkisar Rp 600.000,-
sampai Rp 650.000,- namun karena adanya subsidi dari pemerintah, masyarakat
yang membutuhkan darah hanya perlu mengganti biaya-biaya diatas sebanyak Rp
350.000,- hingga Rp 400.000,- per kantong darah.
Kemudian
bagaimana dengan masyarakat yang tidak mempunyai uang namun sedang dalam
keadaan darurat dan membutuhkan darah saat itu juga? dr. Ira menjelaskan bahwa
pihak pasien penerima donor dapat meninggalkan KTP ke PMI untuk mengambil darah
tersebut dan membayar di kemudian hari.
Apa
orang yang meninggalkan KTP tersebut akan kembali untuk membayar darah yang
sudah mereka ambil? Bagaimana kalau
tidak? Itu adalah salah satu pertanyaan yang muncul di benak saya. Seperti orang-orang
bilang, bahwa terkadang meninggalkan KTP terkadang malas untuk membayar. Nah,
ternyata menurut dr. Ira hampir semua orang kembali untuk membayar biaya kantong
darah yang mereka ambil. Menurut beliau, mereka pasti merasa sudah terbantu
dengan darah yang mereka dapat dan pasti berkeinginan untuk membalas budi
dengan mengganti biaya kantong tersebut. Nah,
untuk memang yang tidak kembali, dr. Ira pun berkata karena ini misi
kemanusiaan ya kita harus ngikhlaskan. TAPI BUAT SEMUANYA JANGAN PERNAH NGAMBIL
KANTONG DARAH DI PMI, NINGGAL KTP, TAPI LUPA BAYAR. JANGAN SAMPAI SEPERTI ITU!!!
Ada satu cerita yang mengharukan yang diceritakan dr.
Ira kepada saya. Pernah pada tahun 2010 –kalo gak salah ya gais- ada seorang
bapak yang datang ke PMI untuk mendapatkan 2 kantong darah untuk istrinya yang
melahirkan. Namun bapak tersebut tidak mempunyai uang untuk mengganti biayanya.
Bapak tersebut akhirnya dimintai KTP sebagai jaminan(?) namun ternyata bapak
tersebut juga tidak mempunyai KTP.
Setelah ditanya ternyata beliau adalah seorang –maaf-
pengemis yang mungkin tidak mempunyai rumah tinggal yang tetap. Bapak tersebut
pun meninggalkan anting-anting milik istrinya sebagai jaminan. Ceritanya,
anting-anting tersebut akan dijual. Namun karena hari itu hari Sabtu dan sudah
malam, tidak ada toko emas yang buka dan bapak tersebut gagal menjual
anting-anting tersebut. Akhirnya pihak PMI Kota Kediri pun memberikan Bapak
tersebut kantong darah yang dibutuhkannya. Keesokkan harinya pihak PMI mengembalikan
anting-anting yang di titipkan bapak tersebut.
Ternyata, 1 bulan kemudian bapak tersebut kembali
dengan membawa uang untuk dibayarkan ke PMI Kota Kediri. Dan uang yang
diberikan tersebut merupakan uang receh mulai dari pecahan 100, 200 dan 500
yang jumlahnya hampir 1 kantong kresek kecil, serta uang kertas yang sudah
lecek. Dan mungkin ini adalah uang hasil dari bapak tersebut mengemis. Menurut saya,
bisa saja bapak tersebut melupakan biaya yang masih menjadi hutangnya di PMI
tersebut dan melanjutkan hidupnya bersama keluarganya, namun karena bapak
tersebut merasa terbantu dengan darah yang didapat dari PMI Kediri yang
berhasil menyelamatkan nyawa istrinya, bapak tersebut pun kembali melunasi dan
mengganti biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan 2 kantong darah tersebut.
Dan waktu saya dengar cerita tersebut saya meneteskan air
mata karena terharu dan bu Ira pun juga berkaca-kaca waktu menceritakannya. Sesi
cerita saya berakhir karena ternyata sudah banyak yang mengantri untuk donor
darah. Semoga
cerita saya kali ini dapat sedikit membantu. Agar
masyarakat tidak berpresepsi bahwa PMI memperjualbelikan darah, padahal darah yang didapat berasal dari
donor yang notabenya sukarela tanpa dibayar untuk menyumbangkan darahnya. Intinya
YANG DIBAYARKAN OLEH PASIEN ITU BUKANLAH HARGA DARAHNYA, MELAINKAN BIAYA
PEMROSESAN DARAH TERSEBUT.
Membantu orang lain tidak perlu menunggu kita tua dan kaya, kita bisa juga memulai dari apa yang dimiliki oleh tubuh kita selama ini yaitu DARAH, berbagi darah melalui donor darah dapat membantu menyelamatkan nyawa orang lain.
-Deviamasen-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar